Pages

Thursday 27 October 2011

Semua Adalah Guru

Suatu hari seorang teman bertanya pada kang dhoif yang sedang santai didepan teras rumah nya, “kang dhoif, siapakah gurumu?”

Dia menjawab, “Aku memiliki ribuan guru. Menyebut nama mereka satu-persatu akan memakan waktu berbulan-bulan, bertahun-tahun dan sudah tidak ada waktu lagi untuk menjelaskannya. Tetapi ada tiga orang guru yang akan aku ceritakan kepadamu.

Pertama adalah seorang pencuri. Suatu saat aku pernah tersesat dalam pengembaraanku, dan ketika aku tiba di suatu desa, karena larut malam maka semua tempat telah tutup. Tetapi akhirnya aku menemukan seorang pemuda yang sedang melubangi dinding pada sebuah rumah. Aku bertanya kepadanya dimana aku bisa menginap dan dia berkata “Adalah sulit untuk mencarinya pada larut malam seperti ini, tetapi engkau bisa menginap bersamaku, jika engkau bisa menginap bersama seorang pencuri.”

Sungguh menakjubkan pemuda ini. Aku menetap digubuknya dengannya selama satu bulan! Dan setiap malam ia akan berkata kepadaku, “Sekarang aku akan pergi bekerja. Engkau beristirahatlah dan berdoa.” Ketika dia telah kembali aku bertanya “apakah engkau mendapatkan sesuatu?” dia menjawab, “Tidak malam ini. Tetapi besok aku akan mencobanya kembali, jika Tuhan berkehendak.” Dia tidak pernah patah semangat, dia selalu bahagia.

Ketika aku berkhalwat (mengasingkan diri) selama berhari-hari dan di akhir waktu tidak terjadi apapun, begitu banyak masa dimana aku begitu putus asa, begitu patah semangat, hingga akhirnya aku berniat untuk menghentikan semua laku khalwat ini. Dan tiba-tiba aku teringat akan si pencuri yang selalu berkata pada malam hari. “Jika Tuhan berkehendak, besok akan terjadi.”

Guruku yang kedua adalah seekor anjing. Tatkala aku pergi ke sungai karena haus, seekor anjing mendekatiku dan ia juga kehausan. Pada saat ia melihat ke airnya dan ia melihat ada ajing lainnya disana “bayangannya sendiri”, dan ia pun ketakutan. Anjing itu kemudian menggonggong dan berlari menjauh. Tetapi karena begitu haus ia kembali lagi. Akhirnya, terlepas dari rasa takutnya, ia langsung melompat ke airnya, dan hilanglah bayangannya. Dan pada saat itulah aku menyadari sebuah pesan datang dari Tuhan: ketakutanmu hanyalah bayangan, ceburkan dirimu ke dalamnya dan bayangan rasa takutmu akan hilang.

Guruku yang ketiga adalah seorang anak kecil. Tatkala aku memasuki sebuah kota dan aku melihat seorang anak kecil membawa sebatang liling yang menyala. Dia sedang menuju mesjid untuk meletakkan lilinnya disana.

“Sekedar bercanda”, kataku kepadanya, “Apakah engkau sendiri yang menyalakan lilinnya?” Dia menjawab, “Ya, kak.” Kemudian aku bertanya kembali, “Ada suatu waktu dimana lilinnya belum menyala, lalu ada suatu waktu dimana lilinnya menyala. Bisakah engkau tunjukkan kepadaku darimana datangnya sumber cahaya pada lilinnya?

Anak kecil itu tertawa, lalu meniup nyala lilinnya, dan berkata, “Sekarang tuan telah melihat cahayanya pergi. Kemana ia perginya? Jelaskan kepadaku!”

Egoku remuk, seluruh pengetahuanku melayang. Pada saat itu aku menyadari kebodohanku sendiri. Sejak saat itu aku letakkan seluruh ilmu pengetahuanku.

Adalah benar bahwa aku tidak memiliki guru. Tetapi bukan berarti bahwa aku bukanlah seorang murid, aku menerima semua kehidupan sebagai guruku. Pembelajaranku sebagai seorang murid jauh lebih besar dibandingkan dengan orang yang biasa lakukan. Aku mempercayai awan-awan, pohon-pohon. Seperti itulah aku belajar dari kehidupan. Aku tidak memiliki seorang guru karena aku memiliki jutaan guru yang aku pelajari dari berbagai sumber. Menjadi seorang murid adalah sebuah keharusan di jalan salik. Apa maksud dari menjadi seorang murid? Maksud dari menjadi seorang murid adalah untuk belajar. Bersedia belajar atas apa yang diajarkan oleh kehidupan. Melalui seorang guru engkau akan memulai pembelajaranmu.

Sang guru adalah sebuah kolam dimana engkau bisa belajar bagaimana untuk berenang. Dan tatkala engkau telah mahir berenang, seluruh Samudera adalah milikmu.

Thursday 20 October 2011

Menggugat Kanjeng Nabi Adam.



Sore kemarin, seorang teman lama bertamu kerumah dengan beragam kisah yang dia ceritakan. Salah satunya dia berkeluh kesah tentang kehidupannya yang makin hari makin dirasakan berat.Aku biasa memanggil temanku tersebut dengan panggilan santri abang. Dia membuka percakapan, dengan memancing pertanyaan padaku. Aslinya, kita turun ke dunia ini, sepenuhnya salah Bapak moyang kita Nabi Adam, ya kang ? Oh, yah temanku biasa memanggil aku kang dhoif. "Ah, bisa-bisa aja kamu." Jawabku dengan sedikit  serius. "kok, bisa kamu mengatakan demikian ?". Jawabnya," Loh, bukankah karena beliau terbujuk iblis memakan buah Khuldi maka Alloh menghukumnya, dengan menurunkannya di muka bumi. Iya, toh ?' Iya, memang benar, tapi kalau sampeyan memahai apa yang tersurat maupun yang tersirat di Al Qur'an, maka sampeyan tidak akan mengatakan demikian.

Temanku semakin terbawa alur pembicaraan, hingga ia makin mengejar dengan pertanyaan lainnya. Mana dalil yang mengatakan ataupun mengisyaratkan, bahwa turunnya Nabi Adam di muka bumi, bukan sepenuhnya salah beliau.?
Aku tersenyum, dan dengan santai berkata, " Coba, sampeyan buka Al Qur'an, surat Al baqorah, ayat 30, yang bunyainya :

وَ إِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلاَئِكَةِ إِنِّيْ جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَن يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَ نُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّيْ أَعْلَمُ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ.

Artinya : Dan Ingatlah ketika Alloh berfirman pada para malaikat : “ Sesungguhnya AKU hendak menjadikan manusia di muka bumi sebagai kholifah,….” 
Nah Alloh telah berfirman pada para malaikat, jauh Sebelum Nabi Adam diciptakan, bahwa Alloh berkenan menjadikan manusia di bumi sebagai kholifah, namun kenyataannya Nabi Adam diciptakan Alloh dan ditemoatkan di surga,.. Yang tentu saja ini menjadikan isyaroh bahwa Nabi Adam harus turun ke bumi untuk memenuhi janji Alloh yang difirmankan pada para malaikat, yang artinya Nabi Adam harus mengikuti sekenario Alloh untuk turun ke bumi.

Santri abang sedikit, tertegun , namun akhirnya, mulai bisa menerima pendapatku.
“Mas, dengan diturunkannya Kanjeng Nabi Adam kebumu, itu adalah merupakan Rahman RahiimNYA Alloh pada Nabi Adam dan keturunannya, sekiranya Nabi Adam tidak diturunkan kebumi, tentu saja tidak akan ada Nabi-nabi lainnya di muka bumi, ataupun orang2 pilihanNYA untuk menjadi khalifah.  Bukankah kita semua adalah anak keturunan Nabi Adam, bahkan Kanjeng Nabi Muhammadpun adalah Bani Adam. Maka apakah beliau sepenuhnya bersalah jika Nabi Adam harus turun kedunia, lantaran memakan buah Khuldi, sedang pada hakikatnya Beliau menjalankan Qodho qodarNYA Gusti Alloh.?

 Temanku hanya sedikit menggeleng,..dan nyengir aja… Ayo udah maghrib, sholat dahulu setelah itu baru makan sebelum kamu pulang,..
Seiring, setelah semua berlalu dan temanku pulang, aku hanya bias berkata dalam hati,..
“Ya Alloh, maafkan Aku jika aku bersalah dalam memahami makna tersembunyi  firmanMU,.. karena sesungguhnya aku hanya hambamu yang dholim dan dhoif,..